Irene Felicia Simanjuntak

"I have no pleasure in any man who despises music. It is no invention of ours: it is a gift of God."
- Marthin Luther

Thursday, February 16, 2012

Ketika Cinta Merapuhkan Chopin "The Poet of the Piano"

Fryderyk Franciszek Chopin (1810 - 1849) adalah musisi Romantic Era yang sangat termasyur akan komposisinya yang luar biasa. Lahir di Polandia dari keluarga musisi;Ayah yang seorang Perancis berprofesi sebagai Guru Bahasa Perancis yang pawai bermain biola dan Flute, sedangkan Sang Ibu yang adalah seorang pianist yang hebat, mendorong musicality dalam diri chopin. Terbukti dengan tampilnya Chopin bermain piano concerto karya Gywortez ketika berusia 8 tahun.

Kesuksesan Chopin dalam bidang musik tidak lah dapat dipertanyakan lagi, namun coba telaah kisah cintanya.

Chopin pun bertumbuh menjadi pianist yang melankolis dan suka bermimpi dalam dunianya sendiri. Penampilannya yang begitu menarik ternyata menghasilkan kedekatan dengan beberapa wanita. Jatuh cinta untuk pertama kalinya dan sudah mempersiapkan hingga ke pelaminan dengan maria harus gagal tanpa diduga2.

lalu Ia pun dipertemukan oleh Lizt ( musisi terkenal yg dr Romantic Era ) dengan seorang wanita tomboy yang sangat modern namun memiliki pemikiran radikal bernama Amandine. pekerjaan Amandine sebagai seorang novelis yang suka mengkritik isu isu sosial terutama pernikahan menjadikan ketertarikan perasaan Chopin tidak berbalaskan.  Sehingga kedekatan merekapun tak pernah berakhir indah dan romantis seperti apa yang di inginkan Chopin. Bahkan liburan yang diinginkan Chopinpun bersama wanita ini ke Majorca, Spanyol berakhir dengan duka. 
Chopin terkena penyakit TBC yang dikemudian hari menjadi sumber utama kematiannya.

Ditengah sakitnya yang semakin hari semakin memburuk, Chopin menghasilkan karyanya 24 Preludes Op 28 yang diberikan judul ( nick name )oleh  Hans von Bülow ( dalam bahasa Inggris ) sebagai ungkapan isi hati Chopin. 
Prelude No 1 "Reunion" ( Reuni),
Prelude No 2."Presentiment of Death (
Prelude No 3 "Thou Art So like A Flower (
Prelude No 4 " Suffocation"
Prelude No 5 " Uncertainty"
Prelude No 6 " Tolling Bells"
Prelude No 7 " The Polish Dancer"
Prelude No 8 " Desparation "
Prelude No 9 " Vision" 
Prelude No 10" The Night Moth" 
Prelude No 11 "The DragonFly" 
Prelude No 12 "The Duel" 
Prelude No 13 "Loss" 
Prelude No 14 "Fear" 
Prelude No 15 "Raindrop" 
Prelude No 16 "Hades"
Prelude No 17 " A Scene on the Place de NOtre Dame de Paris"
Prelude No 18 "Suicide" 
Prelude No 19 "Heartfell Happiness"
Prelude No 20 "Funeral March"
Prelude No 21 " Sunday"
Prelude No 22 " Impatience"
Prelude No 23 "A Pleasure Boat"

dan Prelude No 24 " The Storm" yang ditampilkan pada video ini.
Jika kita coba dengarkan dengan sekilas komposisi Chopin ini terkesan begitu dramatik dan mendalam. Chopin mencoba menggambarkan akhir dari kehidupannya dalam Prelude No 24 ini seperti sebuat "badai". Segala kesuksesan dan pencapaiannya yang tidak diragukan oleh siapapun itu, harus diakhiri dengan keputusasaannya dalam dunia percintaan. bahkan semangatnya pun untuk melawan penyakit TBC nya pun luruh dibalik kisah cintanya.

Count Wojciech Grzymała, yang mengikuti cerita cintanya dar awal menuliskan,"If (Chopin) had not had the misfortune of meeting G.S ( George Sand) In 1847, Sand and Chopin quietly ended their ten year relationship.[48] Count Wojciech Grzymała, who followed their romance from the beginning, commented, "If (Chopin) had not had the misfortune of meeting G.S. [George Sand], who poisoned his whole being, he would have lived to be Cherubini's age." ( Jika saja Chopin tidak bertemua G.S, yang meracuni semuanya, mungkin ia bisa hidup hingga seusia Cherubini)
Chopin meninggal diusia 39, sedangkan Cherubini sahabatnya meninggal di usia 82.






No comments:

Post a Comment